Langsung ke konten utama

Wabah Dalam Sejarah Kehidupan Islam




Wabah dimasa Rasulullah SAW 

Pada masa Rasulullah ada penyakit berbahaya yaitu penyakit kusta atau lepra. Penyakit kusta berasal dari bahasa India kustha, dan telah dikenal luas sejak era sebelum Masehi. Dalam kitab-kitab hadis, seperti Shahih al Bukhari misalnya, ada bab tersendiri tentang kusta. Penyakit ini disebut al-Judzam.
Imam al Bukhari mencatat hadis Nabi berikut seputar anjuran menjauhi penderita penyakit kusta:
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ اْلأَسَدِ
“Hindarilah orang-orang yang terkena judzam (kusta), sebagaimana engkau lari dari singa yang buas” (HR. Bukhari)
Bahkan nabi Muhammad SAW mengajarkan mengajarkan doa khusus agar terhindar dari penyakit kusta tersebut :
عن أنس – رضي الله عنه – : أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول : “ اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، والجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ” . رواه أَبُو داود بإسناد صحيحٍ .
Artinya: Diriwayatkan dari Anas -radliyallahu anhu- bahwa Nabi Muhammad berdoa: “Ya Allah, aku berlindung padamu dari barash (belang), gila, kusta dan penyakit-penyakit buruk”. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad sahih.
Demikianlah beberapa hadis yang menunjukkan bahwa kusta di masa Nabi diidentikkan menakutkan dan sangat menular. Hal yang ditakuti juga adalah efek penularannya kepada manusia yang lainnya.

Wabah Masa Khulafaur Rasyidin 

Muhammad Husain Haekal dalam buku biografi tentang Umar bin Khattab menjelaskan, Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, wabah penyakit pernah menerpa kaum Muslimin. Wabah itu bermula di Amawas sehingga wabah tersebut terus menjalar ke Syam (Suriah), bahkan Irak. Sebulan lamanya wabah tersebut menyebar. Total korban jiwa mencapai 25 ribu orang. Basrah menjadi kota dengan jumlah korban terbanyak. Di antara mereka yang gugur itu adalah figur-figur penting, semisal Abu Ubaidah bin Jarrah, Muaz bin Jabal, dan Yazid bin Abi Sufyan. Selain itu, turut pula menjadi korban jiwa adalah Haris bin Hisyam, Suhail bin Amr, dan Utbah bin Suhail.

Wabah Masa Khalifah Muawiyah

Di Mesir pada tahun 66 H, menyebar wabah tha’un. Bahkan pada saat wafatnya Abdul Aziz bin Marwan tahun 85 H, juga terjadi wabah ini. Menurut Al-Mada` ini ketika wabah tha’un mengjangkiti Mesir, Abdul Aziz bin Marwan mencoba untuk lari ke desanya. Dan akhirnya meninggal di desa itu. Tha’un yang lain adalah Ghurab yang terjadi pada tahun 127 H. Lalu tha’un Salam bin Qutaibah (131 H) terjadi di Bashrah pada bulan Rajab dan semakin parah pada bulan Ramadhan. Dan mulai berkurang pada bulan Syawal. Pada waktu itu setiap hari yang mati mencapai seribu orang. Semua ini terjadi pada masa Daulah Umawiyah.

Wabah Masa Khalifah Abbasyiah

Pada masa Daulah Abbasiyah juga terjadi tha’un. Misalnya pada tahun 134 yang menjangkiti wilayah Ray. Kemudian tahun 146 di Baghdad. Pada tahun 221 di Bashrah. Dalam kitab “al-Muntadham” disebutkan bahwa pada waktu itu banyak sekali yang meninggal.

Membangkitkan  semangat Amru Bin Al Ash

Ketika Amru bin Al Ash diberi tanggung jawab memimpin wilayah syam apa yang dilakukannya ia menyeru umat Di hari pertamanya menangani wabah ganas tersebut, Amr bin Ash berseru:
“Wahai manusia, kesengsaran akibat wabah ini telah terjadi terus menerus seperti halnya bara api yang kian membakar seluruh apa yang ada. Maka, pergilah kalian semua ke gunung-gunung berpisah-pisahlah kalian di sana hingga Allah mengangkat wabah ini dari kita semua.”
Maka, seluruh warga pun tercerai berai mencari tempat yang baik untuk menetap. Tak lama kemudian, sirnalah wabah tersebut.

Dari kisah ini, kita melihat dua hal penting dalam menyikapi sebuah wabah yang sukar untuk ditaklukkan, yaitu kecerdasan seorang pemimpin dalam menjaga rakyatnya serta ketegasannya untuk mengisolasi rakyatnya agar tidak tertular wabah tersebut.

***

Penulis: Ustadz Thoriq Abu Asykar

Artikel: Majelis Nafsiyah Ar Rahman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Marhaban! Majelis Nafsiyah Ar Rahman

Bismillahi wal hamdulillah , dengan mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala . Majelis Nafsiyah Ar Rahman hadir di tengah-tengah umat dengan memanfaatkan berbagai kemudahan akses media elektronik yang ada, Majelis Nafsiyah Ar Rahman mencoba untuk melanjutkan risalah dakwah Islam. Islam sebagaimana yang kita tahu, adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam mengatur segala aspek kehidupan dan sangat layak untuk dijadikan solusi dalam memecahkan segala problematika kehidupan manusia dan alam semesta. Begitulah pandangan Islam yang kita yakini dan hendak kita sebarkan di tengah-tengah umat dewasa ini. ﷽ Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. #MajelisNafsiyahArrahman #NgajiBarengArrahman #Sholawat #Ngaji #Dakwah #RamadhanArrahman — Majelis Nafsiyah Ar Rahman (@DakwahArrahman) April 9, 2020 Islam bukanlah agama yang anti dengan perkembangan zaman dan teknologi. Islam tidak menutup diri terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK), ken